Dirimu Yaitu Statusmu
Minggu, 07 Juli 2019
Edit
mau mandi.......
makan ikan goreng.......
Pernahkah Anda melihat status FB atau twitter menyerupai ini. Hal-hal sepele, remeh-temeh, ditampilkan di jejaring sosial. Apakah hal semacam ini normal? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kajian kejiwaan. Tulisan ini sepenuhnya mengupas pertanyaan tersebut berdasarkan pendapat penulis, alasannya yaitu penulis belum sempat mencari literatur yang sesuai.
Seorang filsuf mengatakan: You are what you think. Dirimu yaitu apa yang kau pikirkan. Ada juga yang mengatakan: Your are what you repeatly do. Dirimu yaitu apa yang sering kau lakukan. Ada juga pepatah yang mengatakan: mulutmu yaitu harimaumu. Kata-kata bijak dan pepatah ini ingin mengingatkan kita bahwa apa yang kita katakan, pikirkan atau lakukan yaitu cerminan diri kita.
Nah, kini ada jejaring sosial. Maka rumusan di atas bisa diturunkan bahwa apa yang kita tulis sebagai status, apa yang kita tulis sebagai komentar dan apa yang kita upload ke jejaring sosial merupakan cerminan dari diri kita sendiri.
Sehari sebelum goresan pena ini dibuat, saya mengikuti seminar dengan pembicara Desi Ramadhani, SJ. Ia yaitu seorang pastur, seorang dosen, yang mendampingi kehidupan calon pastur di Jakarta. Romo Desi melihat bahwa kedalaman kehidupan dan ajaran seseorang bisa dibaca dari status-status yang ia tulis di akun jejaring sosialnya.
Makara jikalau seseorang setiap setengah jam menulis status menyerupai pembuka goresan pena ini, bisa diduga bahwa ia tidak mempunyai kedalaman kehidupan dan kedalaman pemikiran. Gagasan ini sangat sulit saya analisa, alasannya yaitu butuh literatur. Namun saya ingin menyampaikan bahwa bila seseorang mempunyai banyak status yang remeh-temeh, bisa diduga bahwa kehidupan orang tersebut juga gres pada tahap remeh temeh. Bisa diduga bahwa pemahamannya atas kehidupan gres hingga pada tahap kulit terluar. Pengetahuannya juga terbatas dan ia tidak mempunyai keinginan untuk memperkaya pemahamannya atas kehidupan.
Mengapa orang tersebut melaksanakan hal ini. Saya menduga orang-orang menyerupai itu sesungguhnya bermental selebritis. Artinya popularitas merupakan ukuran yang ia pakai pada dirinya. Maka ia pun mencari teman yang banyak dengan cita-cita semakin banyak pula komentar pada statusnya. Orang-orang menyerupai ini menciptakan status yang bersifat insidental, apa yang ada ketika itu yaitu apa yang ia tulis. Maka statusnya pun tidak konsisten. Saat ini sedih, setengah jam lagi gembira.
Ada yang menulis status di jejaring sosial sebagai buah pemikirannya. Mungkin orang itu sedang membaca suatu bacaan yang menarik, dan ia menemukan kalimat yang bagus. Kalimat tersebut lalu di tuliskan sebagai statusnya. Maka status tersebut merupakan buah dari ajaran orang tersebut. Ia oke dengan gagasan yang ada pada kalimat status itu. Bagi orang menyerupai ini, status di jejaring sosial mencerminkan dirinya. Maka jikalau statusnya tiba-tiba berisi umpatan, bisa dipastikan ia mengalami sebuah kekesalan, kekecewaan, yang luar biasa. Orang menyerupai ini lebih hati-hati dalam menentukan kalimat sebagai status. Dan ia jarang memperbaharui statusnya dalam hitungan menit.
Ada orang yang amat jarang menulis status dan berkomentar. Bukan alasannya yaitu ia tak bisa dan tak sempat mengakses jejaring sosial. Orang tersebut mempunyai akun jejaring, sering dibuka, dan memang menentukan untuk bersifat pasif, menjadi penonton saja. Orang menyerupai ini mungkin enggan mengemukakan gagasan yang ia miliki. Bisa jadi ia justru mentertawakan orang-orang yang menciptakan status yang aneh-aneh, yang kekanak-kanakan.
Dan ada juga orang yang bahagia berkomentar. Siapa pun teman yang muncul di layar jejaring sosialnya, ia komentari. Saya rasa orang tipe ini lebih banyak berkomentar negatif dari pada komentar positif. Mungkin ia sedang menyampaikan superioritasnya dengan merendahkan orang lain.
Masih ada banyak tipe lain yang bisa disebut jikalau kita melaksanakan pengamatan secara lebih detail. Saya rasa tiap tipe pengakses jejaring sosial ini mempunyai korelasi dengan kepribadian dan sifat sosial yang ia miliki. Jadi, jikalau Anda ingin dinilai lebih nyata oleh orang lain, hati-hatilah dalam menulis status.
Seorang filsuf mengatakan: You are what you think. Dirimu yaitu apa yang kau pikirkan. Ada juga yang mengatakan: Your are what you repeatly do. Dirimu yaitu apa yang sering kau lakukan. Ada juga pepatah yang mengatakan: mulutmu yaitu harimaumu. Kata-kata bijak dan pepatah ini ingin mengingatkan kita bahwa apa yang kita katakan, pikirkan atau lakukan yaitu cerminan diri kita.
Nah, kini ada jejaring sosial. Maka rumusan di atas bisa diturunkan bahwa apa yang kita tulis sebagai status, apa yang kita tulis sebagai komentar dan apa yang kita upload ke jejaring sosial merupakan cerminan dari diri kita sendiri.
Sehari sebelum goresan pena ini dibuat, saya mengikuti seminar dengan pembicara Desi Ramadhani, SJ. Ia yaitu seorang pastur, seorang dosen, yang mendampingi kehidupan calon pastur di Jakarta. Romo Desi melihat bahwa kedalaman kehidupan dan ajaran seseorang bisa dibaca dari status-status yang ia tulis di akun jejaring sosialnya.
Makara jikalau seseorang setiap setengah jam menulis status menyerupai pembuka goresan pena ini, bisa diduga bahwa ia tidak mempunyai kedalaman kehidupan dan kedalaman pemikiran. Gagasan ini sangat sulit saya analisa, alasannya yaitu butuh literatur. Namun saya ingin menyampaikan bahwa bila seseorang mempunyai banyak status yang remeh-temeh, bisa diduga bahwa kehidupan orang tersebut juga gres pada tahap remeh temeh. Bisa diduga bahwa pemahamannya atas kehidupan gres hingga pada tahap kulit terluar. Pengetahuannya juga terbatas dan ia tidak mempunyai keinginan untuk memperkaya pemahamannya atas kehidupan.
Mengapa orang tersebut melaksanakan hal ini. Saya menduga orang-orang menyerupai itu sesungguhnya bermental selebritis. Artinya popularitas merupakan ukuran yang ia pakai pada dirinya. Maka ia pun mencari teman yang banyak dengan cita-cita semakin banyak pula komentar pada statusnya. Orang-orang menyerupai ini menciptakan status yang bersifat insidental, apa yang ada ketika itu yaitu apa yang ia tulis. Maka statusnya pun tidak konsisten. Saat ini sedih, setengah jam lagi gembira.
Ada yang menulis status di jejaring sosial sebagai buah pemikirannya. Mungkin orang itu sedang membaca suatu bacaan yang menarik, dan ia menemukan kalimat yang bagus. Kalimat tersebut lalu di tuliskan sebagai statusnya. Maka status tersebut merupakan buah dari ajaran orang tersebut. Ia oke dengan gagasan yang ada pada kalimat status itu. Bagi orang menyerupai ini, status di jejaring sosial mencerminkan dirinya. Maka jikalau statusnya tiba-tiba berisi umpatan, bisa dipastikan ia mengalami sebuah kekesalan, kekecewaan, yang luar biasa. Orang menyerupai ini lebih hati-hati dalam menentukan kalimat sebagai status. Dan ia jarang memperbaharui statusnya dalam hitungan menit.
Ada orang yang amat jarang menulis status dan berkomentar. Bukan alasannya yaitu ia tak bisa dan tak sempat mengakses jejaring sosial. Orang tersebut mempunyai akun jejaring, sering dibuka, dan memang menentukan untuk bersifat pasif, menjadi penonton saja. Orang menyerupai ini mungkin enggan mengemukakan gagasan yang ia miliki. Bisa jadi ia justru mentertawakan orang-orang yang menciptakan status yang aneh-aneh, yang kekanak-kanakan.
Dan ada juga orang yang bahagia berkomentar. Siapa pun teman yang muncul di layar jejaring sosialnya, ia komentari. Saya rasa orang tipe ini lebih banyak berkomentar negatif dari pada komentar positif. Mungkin ia sedang menyampaikan superioritasnya dengan merendahkan orang lain.
Masih ada banyak tipe lain yang bisa disebut jikalau kita melaksanakan pengamatan secara lebih detail. Saya rasa tiap tipe pengakses jejaring sosial ini mempunyai korelasi dengan kepribadian dan sifat sosial yang ia miliki. Jadi, jikalau Anda ingin dinilai lebih nyata oleh orang lain, hati-hatilah dalam menulis status.
by: wiliku